BAB I
PENDAHULUAN
Krisis global pada beberapa
waktu yang lalu cukup membuat keadaan perekonomian di berbagai Negara sangat
menghawatirkan dan membuat tingkat perekonomian menerun tajam, yang
mengakibatkan suasana
ketidakpastiannya sangat tinggi terhadap masa depan suatu
Negara yang mengalaminya. Kepercayaan masyarakat dunia terhadap perekonomian pun ikut menurun tajam dikarenakan
terjadinya krisis global tersebut.
Akibatnya, gambaran ekonomi dunia
terlihat makin suram dari hari ke hari walaupun semua bank sentral sudah
menurunkan suku bunga sampai tingkat yang terendah. Untuk
menangani agar tidak terjadinya krisis global tersebut berbagai elemen-elemen
dari suatu Negara mencoba mencari, dan berusaha menemukan jalan keluar dari
masalah krisis global tersebut.
Berbagai cara telah dilakukan demi mengembalikan kepercayaan masyarakat
dunia terhadap perekonomian yang menurun tajam tersebut kembali stabil dan
kembali dalam keadaan yang aman. Salah satu cara yang dilakukan Negara
Indonesia untuk mengatasi dan mencegah terjadinya krisis global tersebut agar
tidak terulang kembali adalah melakukan kebijakan-kebijakan yang bertujuan agar
kondisi perekonomian Indonesia pulih kembali.
Kebijakan yang akan penulis bahas pada tulisan ini adalah kebijakan moneter. Penulis
mencoba memaparkan atau menjelaskan apakah yang di maksud
kebijakan moneter, tujuan dari kebijakan moneter tersebut, dan lain sebagainya.
Penulis ingin juga mengetahui
apakah keputusan yang dilakukan dalam kebijakan moneter ini berfungsi
guna mengatasi atau mencoba memperbaiki perekonomian Indonesia yang sempat
menurun tajam pada masa
yang lalu, ataupun berguna di masa yyang akan datang apabila terjadi hal yang
sama untuk ke dua kalinya.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai
tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh
atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat
melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bankatau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui
persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain. Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh
otoritas moneter (Bank Sentral) untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi melalui
pengawasan uang beredar atau suku bunga, atau kombinasi keduanya, usaha tersebut dilakukan
agar terjadi kesetabilan harga, dan inflasi, serta terjadinya peningkatan
output keseimbangan (id.wikipedia.org).
Kebijakan moneter adalah upaya untuk
mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan
tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank
Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan
uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai
kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan antara lain
dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu
suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai
tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan
likuiditas (id.wikipedia.org).
Dengan kata lain, kebijakan moneter adalah proses di mana pemerintah,
bank sentral, atau otoritas moneter suatu negara kontrol supplay (i) uang,
(ii) ketersediaan uang, dan (iii) biaya uang atau suku bunga untuk mencapai
menetapkan tujuan berorientasi pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi (donielibra.wordpress.com).
Kebijakan Moneter bertumpu
pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu perekonomian, yaitu harga di
mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang. Kebijakan moneter
menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua, untuk
mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan
mata uang lainnya dan pengangguran. Dimana mata uang adalah di bawah monopoli
penerbitan, atau dimana ada sistem diatur menerbitkan mata uang melalui
bank-bank yang terkait dengan bank sentral, otoritas moneter memiliki kemampuan
untuk mengubah jumlah uang beredar dan dengan demikian mempengaruhi tingkat
suku bunga untuk mencapai kebijakan gol (donielibra.wordpress.com).
2.2 Penggolongan Kebijakan Moneter
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :
1.
Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy
Kebijakan
Moneter Ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy
Kebijakan
Moneter Kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan “kebijakan uang ketat” (tight
money policy).
2.3 Instrumen-Instrumen Kebijakan
Moneter
Kebijakan moneter dapat
dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara
lain :
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara
mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga
pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar,
pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah
uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga
pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya
adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau
singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
· Opersai Pasar Terbuka Jika Perekonomian
Dalam Kondisi Resesi (Under Employment)
Kondisi resesi/Under Employment/kerusuhan ekonomi adalah keadaan perekonomian
dimana banyak pengangguran faktor produksi dan menurunnya permintaan masyarakat
terhadap barang dan jasa sebagai pendapatan nasional yang sebenarnya terjadi
(aktual)lebih kecil dari pendapatan nasional yang seharusnya terjadi yaitu
pendapatan nasional full employment
(YFE).
Gambar c.1 Under Employment
a. Agar kegiatan perekonomian meningkat, maka
bank sentral perlu menaikkan jumlah uang beredar melalui pembelian surat-surat
berharga dari bank-bank dan masyarakat.
b. Jika jumlah uang beredar banyak, maka
permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa ikut naik dan selanjutnya akan
mendorong kegiatan produksi dalam perekonomian terjadi kenaikan penyerapan
tenaga kerja dan kenaikan produksi/pendapatan nasional Yaktual akan naik mendekati atau sma dengan YFE resesi berkurang atau hilang.
· Operasi Pasar Terbuka Jika Perekonomian
Dalam Kondisi Inflasi (Over Employment)
Kondisi inflasi/naiknya harga-harga umum
dapat terjadi apabila kapasitas produksi perusahhaan telah digunakan secra
penuh tapi permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa terus meningkat
sehingga pendapatan aktual > pendapatan nasional fulll employment. Untuk mengatasinya dilakukan dengan
menurunkan/mengurangi jumlah uang beredar yang ada si masyarakat melalui
penjualan surat-surat berharga oleh bank sentral kepada pihak bank-bank umum.
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan
jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank
umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam
ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan
tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi
membuat uang yang beredar berkurang. Ada 2 cara yang dapat dilakukan oleh bank
sentral dalam membantu bank-bank umum yaitu memberi pinjaman atau sengan
membeli surat-surat berharga yang dimiliki bank umum.
3.
Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan
wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana
cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah
uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang
beredar, pemerintah menaikkan rasio.
4.
Himbauan Moral (Moral Persuasion) dan Kebijakan Kredit
Selektif
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur
jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi.
Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam
mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar
bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar
pada perekonomian. Cara melakukan 2 kebijakan moneter ini adalah dengan
melakukan pengawasan secara selektif silakukan dengan menetukan jenis-jenis
pinjaman mana yang harus dikurangi, dan man yang harus dikembangkan, dan
pembujukkan moral yang dilakukan bank sentral dengan mengadakan pertemuan
langsung dengan pimpinan bank-bank umum untuk meminta bank umum melakukan
langkah tertenru agar mempengaruhi kegiatan ekonomi.
2.4 Jenis-jenis Kebijakan Moneter
Dalam prakteknya, untuk menerapkan semua jenis
kebijakan moneter alat utama yang digunakan adalah memodifikasi jumlah uang
primer yang beredar. Otoritas moneter melakukan hal ini dengan membeli atau
menjual aset keuangan (biasanya kewajiban pemerintah). Ini operasi pasar
terbuka berubah baik jumlah uang atau likuiditas (jika bentuk cair kurang dari
uang yang dibeli atau dijual). The
multiplier effect perbankan cadangan fraksional memperkuat dampak dari
tindakan transaksi pasar Konstan oleh otoritas moneter memodifikasi pasokan
mata uang dan ini dampak variabel pasar lain seperti suku bunga jangka pendek
dan nilai tukar. Adapun jenis-jenis kebijakan moneter
antara lain:
1.
Inflasi Penargetan
Berdasarkan pendekatan kebijakan target adalah bertujuan untuk menjaga inflasi, di bawah sebuah definisi
tertentu seperti Indeks Harga Konsumen (IHK), dalam kisaran yang diinginkan. Target inflasi ini dicapai melalui
penyesuaian berkala kepada Bank Sentral suku bunga target. Tingkat bunga yang
digunakan adalah umumnya tingkat antar bank di mana bank meminjamkan kepada
satu sama lain untuk keperluan arus kas. Tergantung pada negara ini tingkat
bunga tertentu yang bisa disebut uang bunga. Target suku bunga dipertahankan untuk jangka waktu
tertentu menggunakan operasi pasar terbuka.
Perubahan target suku bunga dibuat sebagai tanggapan
terhadap berbagai indikator pasar dalam upaya untuk memperkirakan tren ekonomi
dan dengan demikian pasar tetap pada jalur untuk mencapai sasaran inflasi yang
ditetapkan. Sebagai contoh, satu metode sederhana inflation targeting disebut
aturan Taylor menyesuaikan tingkat suku bunga sebagai respon terhadap perubahan
dalam tingkat inflasi dan kesenjangan output . Aturan diusulkan oleh John B.
Taylor dari Universitas Stanford. Penargetan
inflasi pendekatan untuk pendekatan kebijakan moneter ini dipelopori di
Selandia Baru.
2. Harga Penargetan Tingkat
Harga penargetan tingkat mirip dengan inflation
targeting kecuali bahwa pertumbuhan CPI dalam satu tahun atas atau di bawah
target tingkat harga jangka panjang adalah offset pada tahun-tahun berikutnya
sehingga tingkat harga yang ditargetkan tercapai dari waktu ke waktu, misalnya
lima tahun, memberikan kepastian lebih lanjut tentang masa depan kenaikan harga
kepada konsumen. Dalam inflation targeting apa yang terjadi pada tahun-tahun
terakhir segera tidak diperhitungkan atau disesuaikan dalam tahun berjalan dan
masa depan.
3. Agregat Moneter
Pada 1980-an, beberapa negara menggunakan pendekatan
yang didasarkan pada pertumbuhan konstan dalam jumlah uang beredar. Pendekatan
ini disaring untuk memasukkan kelas yang berbeda dari uang dan kredit (M0, M1
dll). Di Amerika Serikat ini pendekatan kebijakan moneter dihentikan dengan
pemilihan Alan Greenspan sebagai Ketua Fed. Pendekatan ini juga
kadang-kadang disebut monetarisme . Sementara kebijakan yang paling moneter
berfokus pada sinyal harga satu bentuk atau lain, pendekatan ini difokuskan
pada jumlah moneter.
4. Nilai Tukar Tetap
Kebijakan ini didasarkan
pada mempertahankan nilai tukar tetap dengan mata uang asing. Ada berbagai
tingkat nilai tukar tetap, yang dapat peringkat dalam kaitannya dengan cara
kaku kurs tetap adalah dengan bangsa jangkar.
Di bawah sistem nilai fiat
tetap, pemerintah daerah atau otoritas moneter menyatakan nilai tukar tetap
tetapi tidak aktif membeli atau menjual mata uang untuk mempertahankan tingkat.
Sebaliknya, tingkat dipaksakan oleh-konvertibilitas tindakan-tindakan non
(misalnya kontrol modal, impor/lisensi ekspor, dll). Dalam hal ini ada tingkat
pasar gelap tukar dimana perdagangan mata uang pada pasar/nilai tidak resmi.
2.5 Kebijakan Moneter yang
Dilakukan Pemerintah
|
|
3. Sanering adalah kebijakan moneter yang dilakukan
oleh bank sentral dengan cara pengguntingan (pemotongan) uang. Hal ini
dilakukan untuk menyehatkan kembali nilai uang yang sudah jatuh. Pemerintah
Indonesia pernah melakukan kebijakan sanering pada tahun 1950an.
|
2.6 Tujuan Kebijakan Moneter
Di bawah ini adalah tujuan dari dilakukannya Kebijakan Moneter:
1.
Stabilitas Ekonomi
Stabilitas ekonomi adalah
suatu keadaan di mana pertumbuhan ekonomi berlangsung secara terkendali dan
berkelanjutan. Artinya, pertumbuhan arus barang/jasa dan arus uang berjalan
seimbang.
2.
Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja akan
meningkat bila produksi meningkat. Peningkatan produksi biasanya diikuti dengan
perbaikan nasib para karyawan ditinjau dari segi upah maupun keselamatan kerja.
Perbaikan upah dan keselamatan kerja akan meningkatkan taraf hidup karyawan dan
pada akhirnya kemakmuran dapat tercapai.
3.
Kestabilan Harga
Kestabilan harga ditandai
dengan stabilitas harga barang dari waktu ke waktu. Harga yang stabil
menyebabkan masyarakat percaya bahwa membeli barang pada tingkat harga sekarang
sama dengan tingkat harga yang akan datang, atau daya beli uang dari waktu ke
waktu adalah sama.
4.
Neraca Pembayaran
Internasional
Neraca pembayaran dapat dikatakan dalam keadaan seimbang apabila jumlah
nilai barang yang diekspor sama dengan nilai barang yang diimpor. Untuk
mendapatkan neraca pembayaran yang seimbang, pemerintah sering menjalankan
kebijakan moneter. Contohnya adalah dengan cara melakukan devaluasi.
2.7 Pengaruh Kebijakan Moneter
Di bawah ini
adalah penggambaran singkat mengenai pengaruh dari kebijakan moneter:
Gambar di atas menunjukkan
bahwa melalui instrumen (Opersasi pasar terbuka, tingkat diskonto, cadangan
minuman, himbauan, dll) serta indikator moneter (tingkat bunga, jumlah uang
beredar), kebijakan di bidang moneter akan mempengaruhi perekonomian, yang
terlihat dari perubahan pendapatan nasional/GDP, tingkat inflasi, jumlah
penganngguran dan neraca pembayaran). Meskipun demikian kebijakan pemerintah
lainnya juga turut mempengaruhi beberapa indikator perekonomian tersebut. Jumlah uang beredar
merupakan salah satu indikator kebijakan moneter yang sangat penting dan memiliki peranan yang besar karena
dampak langsungnya pada perekonomian
Indonesia. Dampak tersebut terjadi melalui beberapa jalur, seperti Jalur Biaya Modal, Jalur Kekayaan, Jalur Harga Relatif dan Jalur Langsung.
Pengaruh kebijakan moneter terhadap output dan harga
merupakan perdebatan yang panjang baik berkaitan segi teoritis maupun empiris.
Hal itu tidak terlepas dari perkembangan aliran pemikiran ekonomi dari mulai clasical, neo-clasical, neo-clasical
synthesis, new clasical dan new
keynesian.
Dalam pandangan Klasik bahwa uang hanya berpengaruh terhadap
harga dan tidak terhadap output. Dengan mengunakan analisa general ekulibrium
yang memasukan uang ke dalam model menghasilkan money neutrality yang
menunjukan uang tidak berpengaruh terhadap keseimbangan pasar.
Di sisi lain, pandangan Keynesian bahwa uang
berpengaruh terhadap harga dan output karena adanya rigiditas harga dan
penganguran tak sukarela (involuntary
unemployment). Pandangan tersebut dimodelkan dengan IS-LM untuk
keseimbangan pasar uang dan pasar barang (aggregate
demand) serta dan adanya disekuilibrium pasar tenaga kerja pada sektor
perusahaan (aggregate supply).
Pada tahun 1960-an terjadi konsensus pandangan bahwa
uang dapat mempengaruhi output dan harga dalam jangka pendek yang disebut
sebagai Neoclasical Synthesis. Pada kurun waktu tersebut struktur labor market
digantikan dengan Phillip curve untuk mengekspresikan aggregate supply.
Dalam model Neoclassical Synthesis menjelaskan
terjadinya rigiditas harga dan upah karena adanya asumsi perilaku perusahaan
dalam menentukan harga yaitu secara mark-up dari upah. Oleh karena itu,
walaupun real wage adalah flexible, namun karena pricing behaviour dilakukan
secara mark-up maka terjadi rigiditas harga dan upah sehingga money supply
berpengaruh terhadap real output dan harga.
Nilai ekpektasi agen ekonomi untuk menyikapi
ketidakpastian yang akan datang sangat mempengaruhi dalam makroekonomi. Dua
hipotesis ekpektasi yang penting dalam ekonomi adalah adaptive expectation dan
rational expectation. Milton Freidman (1957) memperkenalkan adaptive expectation
yaitu bahwa ekpektasi agen ekonomi dibentuk oleh observasi inflasi saat ini.
Fenomena Phillip curve ditantang oleh Friedman yang mengemukakan argumen bahwa
hanya unanticipated inflation saja yang berpengaruh terhadap unemployment.
Ekonom ini menekankan pentingnya ekpektasi pada aggregate supply sehingga
memperbaiki Philip curve menjadi expectation-augmented Phillip curve.
Pada tahun 70-an merupakan periode yang sulit bagi
Keynesian. Lucas (1976) dan Sargent-Wallace(1975) memperkenalkan rational
expectation yang mengasumsikan agen ekonomi mengunakan semua informasi yang
relevan untuk membentuk ekpektasi atau memperkirakan variabel ekononmi yang
akan datang. Oleh karena kebijakan moneter dan kebijakan fiskal mempengaruhi
inflasi, maka ekpektasi inflasi juga bergantung pada efek kebijakan tersebut.
Oleh sebab itu, perubahan dalam kebijakan moneter dan fiskal akan mempengaruhi
perubahan ekpektasi agen ekonomi. Sehingga, evaluasi kebijakan tersebut harus
mempertimbangkan efek dari ekpektasi agen ekonomi.
Lucas(1976) mengkritik bahwa hasil estimasi parameter
dari model ekonometrik tidak stabil karena jika terjadi perubahan perilaku
policy maker maka ekpektasi private agent juga akan berubah sehingga akan
mempengaruhi parameter model ekonometrik tersebut. Kritik ini mempengaruhi dua
aspek, yaitu merevisi model makroekonomi dengan memasukkan unsur rational
expectation serta memperkuat model makroekonomi dengan landasan mikroekonomi.
Pada tahun 80-an pemikiran classical sangat dominan.
Dalam paradigma New Clasical, Kydland – Prescott (1982) memperkenalkan real
business cycle theory (RBC) yang diawali dengan asumsi mikroekonomi preferensi
konsumsi rumah tangga, fungsi produksi perusahaan dan struktur pasar. Dengan
optimalisasi intertemporal konsumsi rumah tangga dan perusahaan serta pasar
adalah kompetitif maka diperoleh solusi dynamic general equilibrium model.
Mereka berhasil membuat replikasi data USA. Model RBC mengsumsikan bahwa output
selalu dalam natural level dan semua fluktuasi output adalah pergerakan dari
natural level dari output itu sendiri. Penyebab fluktuasi output tersebut
menurut Prescott adalah adanya perubahan atau shock dalam teknologi. Demikian
pula, dalam model RBC perubahan money supply tidak berdampak pada output.
Setelah dekade 80-an penelitian tentang RBC berkembang
dengan berbagai model. Debat tentang technogy shock memberikan inspirasi
peneliti untuk mengembangkan berbagai model dengan memasukan berbagai aspek
antara lain; oil shock, fiscal shock, monetary model, serta multiple equilibrium
model (Rebelo, 2005).
Penelitian terkini tentang model RBC berkaitan dengan
kebijakan moneter yaitu dengan memasukkan unsur nominal rigidity wage and price
pada model, sehingga perubahan dalam money supply dapat mempengaruhi output.
Model ini dikenal sebagai model Dynamic Stocastics General Equlibrium (DSGE).
Beberapa peneliti Christiano, Eichenbaum and Evans (2003), Woodford (2003),
Smets and Wouters (2004) and Laxton and Pesenti (2003) membangun dan
mengestimasi model DSGE yang berbasis RBC dengan nominal rigidities pada upah
dan harga termasuk asumsi imperfect competition pada pasar labor market dan
product market.
Arus utama lainnya adalah New Keynesian merupakan
perbaikan dari Neo-clasical synthesis dengan memasukan aspek rational
expectation serta memperkuat landasan mikroekonomi. Namun demikian, ekonom
Keynesian masih tetap mempercayai adanya imperfect market dan nominal rigidity
dapat mengakibatkan fluktuasi (deviasi) output dari natural output. Fischer
(1977) dan Taylor (1980) berpendapat bahwa terjadinya nominal rigity disebabkan
adanya staggering of wage and price dicisions oleh perusahaan-perusahaan.
Adanya Staggering dalam upah dan harga tersebut mengakibatkan penyesuaian price
level secara perlahan-lahan sehingga perubahan dalam aggregate demand berdampak
pada fluktuasi output.
Dalam sintesa New Keynesian, para ekonom [Gali dan
Gertler (1999) dan Gali et al. (2001); Roberts (2001); Fuhrer (1997); Linde
(2005)] telah mempelajari bagaimana membangun model yang sederhana, saling
terkait, dan struktural yang dapat menjelaskan mekanisme transmisi moneter
khususnya transmisi melalui interest rate dan pengaruhnya terhadap inflasi dan
output. Model tersebut dikenal sebagai model New Keynesian Small Macroeconomics
(NKSM) dengan pendekatan dynamic stochastic general equlibrium yang mengandung
aspek ekpektasi dan juga solid dengan landasan mikroekonomi. Model sederhana
tersebut mengandung aggregate demand, price-setting (Phillips) curve, dan
fungsi reaksi dari suatu kebijakan suku bunga terhadap output dan inflasi.
Model ini mewujudkan prinsip dasar dari peran bijakan moneter melalui instrumen
suku bunga nominal untuk stabilisasi inflasi.
Secara teknis model DSGE mempunyai kelemahan dalam hal
teknik calibrasi yang sulit untuk menciptakan replikasi data yang sesuai dengan
data aktual, namun keunggulannya bahwa parameter model DSGE merupakan “deep
parameter” (parameter untuk variabel yang lebih mikro). Sedangkan NKSM
mempunyai keunggulan dapat menjelaskan kondisi perekonomian yang lebih
sederhana, namun kelemahannya adalah sulit untuk mendapatkan hubungan antar
variabel yang signifikan karena adanya unobserved variabel atau korelasi
serial.
2.9 Hubungan Antara Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
Sebagaiman kita ketahui
bahwa kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan pasar surat berharga,
dan pasar uang dan surat berhargta itu akan menentukan tinggi rendahnya tingkat
bunga, dan tingkat bunga akan memperngaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal
akan mempunyai pengaruh terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada
giliranya permintaan dan penawaran agregat itu akan menentukan keadaan di pasar
barang dan jasa. Kondisi di pasar barang dan jasa ini akan menentukan tingkat
harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat pendapatan dan tingkat upah yang
di harapkan. Keduanya akan memiliki umpan balik yaitu pendapatan akan
memberikan umpan balik terhadap permintaan agregat dan upah harapan mempunyai
umpan balik terhadap penawaran agregat dan pasar uang serta pasar surat
berharga.
BAB III
KESIMPULAN
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai
tujuan tertentu yang dilakukan dengan berbagai cara seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh
atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat
melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui
persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain. Kebijakan Moneter juga merupakan kebijakan
yang dilakukan oleh otoritas moneter (Bank Sentral) untuk mempengaruhi kegiatan
ekonomi melalui pengawasan uang beredar atau suku bunga, atau kombinasi
keduanya, usaha tersebut dilakukan agar terjadi kesetabilan harga, dan inflasi,
serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Di dalam melakukan kebijakan moneter Negara melakukan penggolongan menjadi dua macam
yakni kebijakan moneter ekspansif/monetary expansive policy dan kebijakan moneter kontraktif/monetary contractive policy. Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan
instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain operasi pasar
terbuka, fasilitas diskonto (discount rate), rasio cadangan wajib (reserve
requirement ratio), himbauan moral (moral persuasion)
dan kebijakan kredit selektif. Dalam praktek kebijakan
moneter terdapat macam-macam kebijakan ataupun usaha-usaha yang dilakukan yang
terdiri dari inflasi penargetan, harga penargetan tingkat, agregat moneter, nilai tukar tetap, serta dengan melakukan kegiatan devaluasi evaluasi, dan sanering.
Adapun tujuan
yang diharapkan dalam kebijakan moneter adalah stabilitas ekonomi, kesempatan kerja, kestabilan harga, neraca
pembayaran internasional. Instrumen-Instrumen kebikan moneter seperti opersasi
pasar terbuka, tingkat diskonto, cadangan minuman, himbauan, dan lain
sebagainya, serta indikator moneter (tingkat bunga, jumlah uang beredar), akan
mempengaruhi perekonomian suatu Negara.
Kebijakan
Moneter memunculkan aliran-aliran pemikiran ekonomi mulai dari clasical, neo-clasical, neo-clasical
synthesis, new clasical dan new
keynesian.
Sumber :
Elearning Gunadarma. Kebijaksanaan Moneter. Retrived from http://
elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/kebijakan_fiskal_moneter/bab5-kebijaksanaan_moneter.pdf
diunduh tanggal 18 April 2012.
Munir, Sahibul, Ir. (2008). Pengantar
Ilmu Ekonomi Makro Kebijakan Moneter dan Fiskal (Modul 9). Diunduh tanggal 18 April 2012.
Shvoong. Pengertian dan Macam Kebijakan Moneter. http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2132245-pengertian-dan-macam-kebijakan-moneter/#ixzz1saKwKC2w
diunduh tanggal 18 April 2012.
Staffsite
Gunadarma. Transmisi Kebijakan Moneter
Bab 7. Retrived from http://
staffsite.gunadarma.ac.id/arisbudi/index.php?stateid=download diunduh tanggal
18 April 2012.
Wikipedia. Kebijakan Moneter. Retrived from http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter
diunduh tanggal 18 April 2012.
Wordpress.
Makalah Ekonomi Makro Tentang Kebijakan Fiskal dan Moneter. Retrived from http://donielibra.wordpress.com/makalah-ekonomi-makro-tentang-kebijakan-fiskal-dan-moneter/
diunduh tanggal 18 April 2012.
Disusun oleh kelompok 11
(1EB25) :
1. Geni Enka Lestari
(23211029)
2. Luthfi
Yuliana (24211180)
3. Shinta Amelia
.D (29211160)
4. Wiris Eria
.R (28211069)
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar